Sunday, November 17, 2013

Dadiah, Yoghurt Dari Ranah Minang



Haaaiii...apa kabar sobat pembaca maupun pelanggan Restoran Sederhana Sunan Giri? Semoga selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan aktivitasnya masing-masing. 3 bulan terakhir ini saya jarang apdet lagi, soalnya lagi disibukkan dengan tugas-tugas kuliah seperti PKL dan lain sebaginya. hehehh...Pada Sabtu, tepatnya 16 November 2013 lalu, saya menghadiri acara Sumatera Barat Expo di Pakir Timur Senayan. Di sana saya berburu kuliner tradisional Minangkabau, dan yang paling saya idamkan adalah "ampiang dadiah". Tapi sayang sekali di sana saya tidak menemukan makanan tradisional yang istimewa ini. Kecewa dong pastinya. Bela-belain di tengah musim hujan seperti ini tapi yang dicari malah gak ketemu. Tapi yang akan saya bagi di sini bukanlah tentang "ampiang dadiah", kuliner tradisional yang saya idamkan tersebut, melainkan saya akan berbagi tentang "dadiah", yoghurt dari ranah urang awak. 

Metrotvnews.com, Padang: Sumatra Barat bukan hanya salah satu destinasi terbaik di Indonesia, tapi juga surganya kuliner. Ada anekdot, tak sambangi Jam Gadang di Bukittinggi, berarti belum bisa mengatakan kepada orang-orang kalau sudah ke Ranah Minang.

Dan ke Bukittinggi, tanpa mencicipi ampiang-dadiah, juga belum bisa membanggakan telah berkunjung ke kota kelahiran Bung Hatta tersebut.

Ampiang Dadiah adalah kudapan hasil perkawinan emping beras dengan dadiah, sejenis yoghurt tradisional Minangkabau.

Dadiah adalah susu kerbau yang telah mengeras. Banyak diproduksi di Darek- wilayah pusat Minangkabau yakni Tanah Datar, Agam, dan Bukittinggi. Antara lain, di Canduang, Lambah, Sungai Tarab,  Sungai Pua, dan lainnya.

Dadiah dihasilkan dari peternak kerbau tradisional dari kawasan tersebut. Lalu, mereka didistribusikan di berbagai kota di Sumbar seperti, Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Batusangkar, Payakumbuh, Solok, dan lainnya.

Dadiah adalah sejenis kudapan tradisional Minangkabau dari hasil fermentasi susu kerbau. Namun, berbeda dibanding yoghurt yang banyak ditemui di mini market atau pun supermarket.

Dadiah dan yoghuart bisa dikatakan sama apabila menilik bahan dan prosesnya. Dua kudapan ini sama bersumber dari hasil fermentasi susu hewan mamalia.

Akan tetapi, ada pembeda tegas. Dadiah, seperti dikatakan Syahrial, pembuat dadiah di Lambah, dekat Ngarai Sianok, merupakan fermentasi susu kerbau yang langsung dikeraskan dengan menggunakan wadah bambu. Sedangkan yoghurt adalah hasil fermentasi bakteri yang lebih didominasi susu sapi. Berbeda dengan dadiah yang mengeras, yoghurt bersifat cair, dan sudah diolah secara pabrikasi.

Yoghurt juga diolah menjadi beragam susu multi rasa seperti rasa kedelai, vanila, dan coklat. Seringkali, yoghurt menjadi minuman favorit untuk program diet, dikarenakan Fermentasi gula susu atau laktosa menghasilkan asam laktat, yang menjadi protein.

Dadiah, ujar Syahrial, 52, tak boleh dari susu lain kecuali susu kerbau. Menurutnya, dadiah terbaik adalah hasil fermentasi dari susu seekor kerbau beranak kecil.

Prosesnya, jelas Syahrial, susu kerbau diperas, lalu dimasukkan ke dalam sebuah wadah penampung. Kemudian, secepatnya dilakukan penyaringan. Setelah itu, sambungnya, dimasukan ke dalam buluah (bambu) yang telah dipotong-potong kecil.

“Proses fermentasi sehari langsung bisa keras atau menghasilkan dadiah. Sehari atau dua hari, bisa langsung di lempar ke pasar untuk dijual,” tandasnya.

Menurut Syahrial, bakunya susu tersebut cuma terjadi di bambu yang ditutup pakai plastik.

Hingga saat ini, dadiah diproduksi secara tradisional berbasi home industry. Pengerjaannya pun dilakukan secara manual menggunakan alat alami seperti bambu.

Syahrial mengatakan, dadiah berkhasiat untuk pertumbuhan atau mengemukan badan, dan mengobati penyakit jantung. 

Mencari dadiah di Ranah Minang gampang-gampang susah.  Mesti menempuh perjalanan ke wilayah pusat Minangkabau agar bisa mencicipi atau menjadikan oleh-oleh.

Salah satu tempat penjualan dadiah terkenal adalah di kedai Lestari H Minang, Pasa Ateh (Pasar Atas), sepelemparan batu dari Jam Gadang, pusat Kota Bukittinggi.

Disamping itu, dadiah juga bisa didapatkan di Jenjang Gudang, Rumah Makan Simpang Raya Bukittinggi, Restoran Gumarang Padang Panjang, dan pasar Batusangkar.

Untuk mencapai ke daerah ini, dengan kendaraan pribadi dibutuhkan perjalanan sekitar 2 jam hingga 2,5 jam dari Kota Padang atau pun Bandara Internasional Minangkabau (BIM), dengan catatan tak ada kemacetan.

Jika menggunakan angkutan umum, Anda dapat mengakses beragam moda transportasi. Bisa naik travel gelap (mobil pribadi yang disulap jadi angkutan umum), mobil colt diesel mini seperti Tranex, ANS, Ayah, dan lainnya. Ongkos bervariasi, dari Rp 16 ribu - Rp 25 ribu.

Pasangan terbaik mengudap dadiah adalah emping. Di kedai soto legendaris di Pasa Ateh, Lestari H. Minah, Anda bisa merasakan sensasi ampiang dadiah.

Kedai tersebut cukup lama menyediakan ampiang dadiah sebagai kudapan atau pun buah tangan, disamping menu andalan soto.

Salah seorang pengelola kedai, Yal mengatakan,  1 porsi ampiang dadiah dijual seharga Rp 15.000. Di dalam satu porsi tersebut, jelasnya, berisi setengah dadiah yang ada di buluh (potongan bambu dengan panjang sekitar 15 sentimeter) dadiah.

Dadiah tersebut, tuturnya, dimasukan kedalam mangkuk. Lalu, emping beras yang telah lunak ditabur diatasnya. Lalu disiram dengan kuah yang terbuat dari gula aren yang telah dikasih bambu dan parutan kelapa.

“Satu buluh dadiah hasil dari 1 cangkir kecil susu kerbau. Untuk satu buluh dadiah, bisa untuk 2 porsi ampiang dadiah,” kata Yal.

Selain menyediakan ampiang dadiah, ujar Yal, kedai soto Lestari H. Minah juga menjual dadiah dalam buluh. Satu buluh dadiah, sebut Yal, dijual dengan harga Rp 12.000.

Selain dimakan bersama emping beras, dadiah juga bisa disantap dengan sirih, samba lado, dan lauk untuk makan nasi. Disisi lain, makan dadiah tanpa dicampur juga begitu lezat dan memikat.

Yal menambahkan, penggemar dadiah maupun amping dadiah tak hanya dari seantero Ranah Minang, tapi juga dari para perantau Minang yang sedang pulang kampung. Bahkan, pelancong dari negeri jiran, Malaysia juga mengandrungi ampiang dadiah ini.

“Masa liburan, biasanya dadiah terjual sekitar 20 buluh. Kebanyakan dibawa menjadi oleh-oleh,” tukasnya. Menurut Yal, dadiah bisa tahan selama 5 hari jika dimasukan ke dalam kulkas.

No comments:

Post a Comment