Saturday, November 30, 2013

Ondeh Mandeh Ampiang Dadiah

Image Source: Here

Bagi urang awak, nama ampiang dadiah mungkin sudah tidak asing lagi. Karena satu dari sekian banyak kuliner tradisional yang merupakan khas Ranah Minang ini, memang hanya bisa ditemui di beberapa daerah di Sumatera Barat. Salah satunya di Kota Padang Panjang. Ampiang dadiah, bukan berarti hampir didih atau nyaris mendidih. Melainkan kolaborasi dua jenis makanan yang terdiri dari ampiang (pulut) dan dadiah (hasil fermentasi susu kerbau murni).
Adalah Bofet dan Rumah Ma­kan Gumarang Padang Panjang, satu-satunya tempat kuliner yang menye­diakan berbagai jenis maka­nan tradisional Ranah Minang, salah satunya ampiang dadiah. Sudirman St Marlaut, pengelola Bofet RM Gumarang kepada Ha­luan menga­takan, meski meru­pakan produk kuliner khas urang awak, namun pesona ampiang dadiah sudah memancar ke luar Pulau Sumatera, bahkan hingga ke mancanegara.

Image Source: Here
Merunut kepada sejarah, Sudir­man menyebutkan, jika jenis ma­kanan dadiah yang merupakan hasil fermentasi susu kerbau murni itu, sudah ada sejak zaman dahu­lunya. Dadiah yang melewati proses fer­mentasi sebelum akhirnya disajikan dalam bentuk yogurt itu, dulunya bahkan menjadi makanan favorit sebagai pengganti lauk atau sambal untuk makanan utama (nasi). Bahkan oleh sebagian orang tua-tua di zaman sisuak, dadiah juga kerap dijadikan sebagai parabuang alias makanan ringan pengganti agar-agar, yang disantap bersama potongan cabe muda. Hmmmm, maknyos.

“Proses pengolahan dadiah yang berawal dari tahapan pembekuan susu cair yang difermentasikan ke dalam potongan batuang (bambu) itu, akhirnya mulai dipopulerkan sebagai salah satu makanan tra­disio­nal, yakni setelah ditemu­kannya adukan resep yang mema­dukan antara ampiang, dadiah, kelapa dan tangguli (gula enau yang dicairkan),” kata Sudirman.

Proses fermentasi dadiah, baru mencapai hasil maksimal setelah diinapkan selama 2 malam di dalam tabung bambu dengan ukuran penyajian yang bervariasi, mulai dari 15 hingga 20 centi meter. Sedangkan untuk ketahanan jelang memasuki masa kedaluwarsa, dadiah masih layak dan sehat untuk dikonsumsi sampai rentang waktu satu minggu sejak mulai difer­mentasikan. “Bentuk dan rasanya akan berubah setelah satu minggu,” kata Sudirman.

Berdasarkan keyakinan turun temurun, ampiang dadiah dipercaya berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol, memacu kese­hatan dan cara kerja jantung, serta makanan yang baik untuk menam­bah stamina dan daya tahan tubuh. Bahkan sebagian informasi yang berkembang, ampiang dadiah juga diyakini berkhasiat untuk menam­bah vitalitas dan gairah seksual kaum pria. Namun demikian, dadiah yang jika dikonsumsi secara berlebihan dari takaran standar antara 1 sampai 2 kali dalam 5 hari, juga dikhawatirkan akan mengakibatkan si konsumen rentan terserang hypertensi dan tekanan darah tinggi.

Saat ini Bofet Gumarang yang menerima titipan dadiah dari salah seorang produsen susu kerbau di daerah Gaduik Bukittinggi, mampu menghabiskan antara 10 hingga 15 tabung dadiah setiap harinya. Tidak hanya untuk konsumsi masyarakat lokal Padang Panjang dan Sumbar pada umumnya, tak jarang juga ampiang dadiah menjadi buah tangan untuk dibawa ke luar Pulau Sumatera, bahkan hingga ke negara tetangga Malaysia. Sederhana dalam penyajian, namun kaya akan gizi dan keung­gulan cita rasa, ampiang dadiahlah namanya. Tak salah pula kiranya, jika bukti nyata dari keberagaman kuliner tradisional Ranah Minang ini, seperti telah menempatkan diri sebagai satu dari sekian ikon kuliner khas urang awak, yang telah pula menjadi selera mancanegara. Pesona ampiang dadiah, pesona kuliner Ranah Minang. (haluan)

Saturday, November 23, 2013

Resep Hari Ini : Sate Padang


Source: Here

Bahan-Bahan Yang Dibutuhkan
  • Bahan daging:
  • 500 gram beef rump , bagian pantat sapi
  • 500 gram bawang putih halus
  • 1 ruas ibu jari kunyit, haluskan
  • 5 centi meter jahe, haluskan
  • 1 lembar daun kunyit
  • 1 lembar daun jeruk
  • 1/2 batang serai, memarkan
  • Garam secukupnya
  • 1 sendok makan bumbu kari padang bubuk
  • 1 cangkir kelapa parut
  • 10 gram kemiri
  • Air secukupnya
  • Tusuk sate
  • Bahan bumbu sate:
  • 1/2 buah kelapa, ambil santannya
  • 20 gram daun sledri
  • satu batang perai, iris
  • 10 gram bawang merah halus
  • 5 gram cabai merah keriting halus
  • 5 gram kunyit halus
  • 20 gram tepung beras
  • 2 sendok makan bumbu kari padang bubuk
  • 10 gram kacang tanah, hancurkan
  • Garam secukupnya
  • Bumbu kari padang bubuk:
  • 5 gram bunga lawang
  • 2 gram pala
  • 3 batang kayu manis
  • 1 cangkir biji ketumbar
  • 4 buah long pepper
  • 1 sendok makan biji adas
  • 1 sendok makan kapulaga jawa
  • 1 sendok makan jinten
  • Halukan semua bahan dan simpan dalam toples kedap udara.
Cara Membuat Sate
  • Letakkan daging dalam wajan dan tuang air sampai menutupi daging, lalu rebus selama 2 jam sampai setengah matang.
  • Angkat dan tiriskan. Simpan kaldunya untuk bahan kuah. Setelah daging tiris, potong kotak-kotak seukuran 3 centi meter, sisihkan.
  • Untuk membuat santan, peras kelapa parut tanpa menggunakan air, sisihkan. Peras kembali untuk kedua kalinya dengan air, sisihkan. Sisihkan perasan yang pertama dan kedua pada wadah yang berbeda.
  • Blender sisa kelapa parut dari proses pembuatan santan bersamaan dengan kemiri, sisihkan.
  • Blender halus kunyit, bawang putih dan jahe secara terpisah, sisihkan.
  • Panaskan minyak dalam wajan, tumis semua bumbu halus dan tambahkan bumbu kari padang bubuk, daun kunyit dan daun jeruk, tumis sampai harum.
  • Kemudian tambahkan kaldu sapi dan perasan santan yang kedua, masak perlahan sampai kuahnya menyusut dan mengental.
  • Lalu tambahkan perasan santan yang pertama, masak perlahan kembali hingga kuah menyusut.
  • Masukkan daging yang sudah dipotong kotak-kotak, masak hingga bumbu mulai mengering dan meresap menutupi semua bagian daging secara merata.
  • Tusuk daging pada tusukan sate dan panggang hingga matang kecoklatan
 Cara Membuat Bumbu Sate
  • Blender halus bawang merah, kunyit dan cabai merah keriting secara terpisah.
  • Panaskan minyak dalam wajan dan tumis semua bumbu halus tadi hingga harum, kemudian masukkan santan dan tepung beras, namun sebelumnya campur sedikit santan dengan tepung beras untuk mengencerkan tepung.
  •  Masak hingga mengental. Masukkan irisan perai, daun seledri, kacang tanah yang dihancurkan, garam secukupnya, dan bumbu kari padang bubuk. Masak kembali selama 5 menit.
  • Sajikan sate di atas piring saji dan bumbu sate di mangkuk kecil.
  • Sajikan selagi hangat.
 Catatan Penyajian: Sajian Untuk 4 Porsi

Sunday, November 17, 2013

Dadiah, Yoghurt Dari Ranah Minang



Haaaiii...apa kabar sobat pembaca maupun pelanggan Restoran Sederhana Sunan Giri? Semoga selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan aktivitasnya masing-masing. 3 bulan terakhir ini saya jarang apdet lagi, soalnya lagi disibukkan dengan tugas-tugas kuliah seperti PKL dan lain sebaginya. hehehh...Pada Sabtu, tepatnya 16 November 2013 lalu, saya menghadiri acara Sumatera Barat Expo di Pakir Timur Senayan. Di sana saya berburu kuliner tradisional Minangkabau, dan yang paling saya idamkan adalah "ampiang dadiah". Tapi sayang sekali di sana saya tidak menemukan makanan tradisional yang istimewa ini. Kecewa dong pastinya. Bela-belain di tengah musim hujan seperti ini tapi yang dicari malah gak ketemu. Tapi yang akan saya bagi di sini bukanlah tentang "ampiang dadiah", kuliner tradisional yang saya idamkan tersebut, melainkan saya akan berbagi tentang "dadiah", yoghurt dari ranah urang awak. 

Metrotvnews.com, Padang: Sumatra Barat bukan hanya salah satu destinasi terbaik di Indonesia, tapi juga surganya kuliner. Ada anekdot, tak sambangi Jam Gadang di Bukittinggi, berarti belum bisa mengatakan kepada orang-orang kalau sudah ke Ranah Minang.

Dan ke Bukittinggi, tanpa mencicipi ampiang-dadiah, juga belum bisa membanggakan telah berkunjung ke kota kelahiran Bung Hatta tersebut.

Ampiang Dadiah adalah kudapan hasil perkawinan emping beras dengan dadiah, sejenis yoghurt tradisional Minangkabau.

Dadiah adalah susu kerbau yang telah mengeras. Banyak diproduksi di Darek- wilayah pusat Minangkabau yakni Tanah Datar, Agam, dan Bukittinggi. Antara lain, di Canduang, Lambah, Sungai Tarab,  Sungai Pua, dan lainnya.

Dadiah dihasilkan dari peternak kerbau tradisional dari kawasan tersebut. Lalu, mereka didistribusikan di berbagai kota di Sumbar seperti, Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Batusangkar, Payakumbuh, Solok, dan lainnya.

Dadiah adalah sejenis kudapan tradisional Minangkabau dari hasil fermentasi susu kerbau. Namun, berbeda dibanding yoghurt yang banyak ditemui di mini market atau pun supermarket.

Dadiah dan yoghuart bisa dikatakan sama apabila menilik bahan dan prosesnya. Dua kudapan ini sama bersumber dari hasil fermentasi susu hewan mamalia.

Akan tetapi, ada pembeda tegas. Dadiah, seperti dikatakan Syahrial, pembuat dadiah di Lambah, dekat Ngarai Sianok, merupakan fermentasi susu kerbau yang langsung dikeraskan dengan menggunakan wadah bambu. Sedangkan yoghurt adalah hasil fermentasi bakteri yang lebih didominasi susu sapi. Berbeda dengan dadiah yang mengeras, yoghurt bersifat cair, dan sudah diolah secara pabrikasi.

Yoghurt juga diolah menjadi beragam susu multi rasa seperti rasa kedelai, vanila, dan coklat. Seringkali, yoghurt menjadi minuman favorit untuk program diet, dikarenakan Fermentasi gula susu atau laktosa menghasilkan asam laktat, yang menjadi protein.

Dadiah, ujar Syahrial, 52, tak boleh dari susu lain kecuali susu kerbau. Menurutnya, dadiah terbaik adalah hasil fermentasi dari susu seekor kerbau beranak kecil.

Prosesnya, jelas Syahrial, susu kerbau diperas, lalu dimasukkan ke dalam sebuah wadah penampung. Kemudian, secepatnya dilakukan penyaringan. Setelah itu, sambungnya, dimasukan ke dalam buluah (bambu) yang telah dipotong-potong kecil.

“Proses fermentasi sehari langsung bisa keras atau menghasilkan dadiah. Sehari atau dua hari, bisa langsung di lempar ke pasar untuk dijual,” tandasnya.

Menurut Syahrial, bakunya susu tersebut cuma terjadi di bambu yang ditutup pakai plastik.

Hingga saat ini, dadiah diproduksi secara tradisional berbasi home industry. Pengerjaannya pun dilakukan secara manual menggunakan alat alami seperti bambu.

Syahrial mengatakan, dadiah berkhasiat untuk pertumbuhan atau mengemukan badan, dan mengobati penyakit jantung. 

Mencari dadiah di Ranah Minang gampang-gampang susah.  Mesti menempuh perjalanan ke wilayah pusat Minangkabau agar bisa mencicipi atau menjadikan oleh-oleh.

Salah satu tempat penjualan dadiah terkenal adalah di kedai Lestari H Minang, Pasa Ateh (Pasar Atas), sepelemparan batu dari Jam Gadang, pusat Kota Bukittinggi.

Disamping itu, dadiah juga bisa didapatkan di Jenjang Gudang, Rumah Makan Simpang Raya Bukittinggi, Restoran Gumarang Padang Panjang, dan pasar Batusangkar.

Untuk mencapai ke daerah ini, dengan kendaraan pribadi dibutuhkan perjalanan sekitar 2 jam hingga 2,5 jam dari Kota Padang atau pun Bandara Internasional Minangkabau (BIM), dengan catatan tak ada kemacetan.

Jika menggunakan angkutan umum, Anda dapat mengakses beragam moda transportasi. Bisa naik travel gelap (mobil pribadi yang disulap jadi angkutan umum), mobil colt diesel mini seperti Tranex, ANS, Ayah, dan lainnya. Ongkos bervariasi, dari Rp 16 ribu - Rp 25 ribu.

Pasangan terbaik mengudap dadiah adalah emping. Di kedai soto legendaris di Pasa Ateh, Lestari H. Minah, Anda bisa merasakan sensasi ampiang dadiah.

Kedai tersebut cukup lama menyediakan ampiang dadiah sebagai kudapan atau pun buah tangan, disamping menu andalan soto.

Salah seorang pengelola kedai, Yal mengatakan,  1 porsi ampiang dadiah dijual seharga Rp 15.000. Di dalam satu porsi tersebut, jelasnya, berisi setengah dadiah yang ada di buluh (potongan bambu dengan panjang sekitar 15 sentimeter) dadiah.

Dadiah tersebut, tuturnya, dimasukan kedalam mangkuk. Lalu, emping beras yang telah lunak ditabur diatasnya. Lalu disiram dengan kuah yang terbuat dari gula aren yang telah dikasih bambu dan parutan kelapa.

“Satu buluh dadiah hasil dari 1 cangkir kecil susu kerbau. Untuk satu buluh dadiah, bisa untuk 2 porsi ampiang dadiah,” kata Yal.

Selain menyediakan ampiang dadiah, ujar Yal, kedai soto Lestari H. Minah juga menjual dadiah dalam buluh. Satu buluh dadiah, sebut Yal, dijual dengan harga Rp 12.000.

Selain dimakan bersama emping beras, dadiah juga bisa disantap dengan sirih, samba lado, dan lauk untuk makan nasi. Disisi lain, makan dadiah tanpa dicampur juga begitu lezat dan memikat.

Yal menambahkan, penggemar dadiah maupun amping dadiah tak hanya dari seantero Ranah Minang, tapi juga dari para perantau Minang yang sedang pulang kampung. Bahkan, pelancong dari negeri jiran, Malaysia juga mengandrungi ampiang dadiah ini.

“Masa liburan, biasanya dadiah terjual sekitar 20 buluh. Kebanyakan dibawa menjadi oleh-oleh,” tukasnya. Menurut Yal, dadiah bisa tahan selama 5 hari jika dimasukan ke dalam kulkas.

Friday, November 15, 2013

Resep Camilan Segar Sore Hari : Rujak Saus Ekspres

http://assets.kompas.com/data/photo/2013/11/04/1102489shutterstock-111178436780x390.jpg
Source: Here

Bahan-Bahan Yang Diperlukan:
  • 1 buah apel hijau
  • 1 buah mangga muda
  • 1 buah ketimun
  • 1/2 buah nanas, iris tipis
Saus Expres:
  • 2 sendok makan selai kacang
  • 100 mili liter sambal bangkok
  • 1 sendok teh garam
  • 1 sendok teh gula
Cara Pembuatan: 
  1. Saus Expres: Campur semua bahan sambal ke dalam wadah, kemudian tambahkan beberapa potong nanas. Haluskan, sampai nanas menjadi lembut dan sarinya menyatu. 
  2. Buah: Serut atau potong-potong buah sesuai selera. Kemudian siram dengan saus expres dan sajikan.

Resep : Chef Yeni Ismayani untuk Tupperware

Resep Hari Ini : Ubi Tumis Daging


Source: Here


Bahan-Bahan Yang Diperlukan:

  • minyak untuk menggoreng
  • 500 gram ubi merah, potong tipis ukuran ½ cm
  • 2 sendok makan margarin
  • 100 gram bawang bombai, iris panjang
  • 250 gram daging has, iris panjang
  • 250 gram kembang kol, potong per kuntum
  • 1 sendok makan kecap asin
  • 1 sendok makan saus tiram
  • ½ sendok teh merica hitam, tumbuk kasar
  • ½ sendok teh garam
  • 200 mili liter air
Cara Pembuatan: 

  1. Panaskan minyak, goreng potongan ubi sampai setengah matang. Angkat dan tiriskan.
  2. Panaskan margarin, tumis bawang bombai sampai harum. 
  3. Masukkan daging has, masak sampai daging berubah warna.
  4. Tambahkan kembang kol, kecap asin, saus tiram, merica hitam, garam, air, dan ubi. 
  5. Masak sampai semua bahan matang.
  6. Sajikan selagi masih hangat.
Catatan Penyajian: Untuk 4 Porsi, Untuk 25 Menit

Tips: Ubi jalar termasuk sumber karbohidrat yang kaya beta-karoten, antioksidan, serta berbagai nutrisi lain seperti vitamin C, vitamin B kompleks, zat besi, dan fosfor. Jadi, selain mengenyangkan, ubi jalar juga berguna untuk menjaga stamina tubuh.

Resep: Nuraini W
Uji Dapur: Yulia
Penata Saji: T. Firta Hapsari

    Sumber :
    Tabloid Nova